Pada awal semester genap Tahun Ajaran 2014/2015, saya melaksanakan PPL di SMAN 6 Malang selama kurang lebih satu setengah bulan.
|
Halaman depan SMAN 6 Malang |
Kelas X MIA 1 adalah kelas favorit saya, karena para
siswanya yang bersemangat, banyak ide dan menyenangkan dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) di kelas.
Pada awalnya saya merasa kurang bersemangat saat mengajar di
kelas X MIA 1, saya merasa kurang kompeten dan minder dalam mendidik para
siswa. Hal ini karena pada minggu pertama saya mengajar di kelas ini, para
siswa terlihat kurang bersemangat dan cenderung ramai.
Sampai akhirnya pada
minggu kedua, Ibu Yetty (Guru Biologi kelas X MIA 1) menyarankan saya untuk
melaksanakan KBM di lab bio (laboratorium biologi) saja, karena tempatnya lebih
luas, penerangannya bagus, terjangkau wifi dan LCD-nya berfungsi dengan baik. Memang
lebih baik, jika dibandingkan dengan kelas mereka yang cenderung sempit, panas
dan tayangan LCD tidak terlihat dengan jelas.
|
Men doing their works seriously! |
|
Women too! |
Begitu KBM dilaksanakan di lab bio, siswa terlihat lebih
fokus dan penyampaian materi lebih baik. Terbukti dari partisipasi aktif siswa
setiap saya mengajukan pertanyaan, mereka akan bertepuk tangan dengan meriah
dan berteriak girang jika jawaban mereka benar.
[Tepuk tangan penyemangatnya di provokasi oleh seorang anak
lelaki yang gagah berani dan terlibat aktif pada ekskul PASKIBRA. Saya setuju
dengan apa yang Ia lakukan, bahwa belajar tidak selalu harus serius jika kamu
bisa belajar dengan tertawa bahagia.]
Hal ini membuat saya lebih nyaman dan bersemangat dalam
mempersiapkan KBM selanjutnya. Sehingga pada minggu ketiga, saya sudah merasa
mengenal dan akrab dengan para siswa kelas X MIA 1. Beberapa siswa mengaku,
yang pada awalnya mereka mengeluh dan tidak setuju dengan cara mengajar saya, sekarang mereka lebih
bersemangat karena menyukai KBM yang saya lakukan di kelas.
|
They happy when go out from class and touch anything! |
[Seorang siswi berkacamata dan berkerudung bercerita,
Bu, dulu saya bilang,
“Hancurkan bu Sofi!”, kalau sekarang saya bilang, “Hidup bu Sofi!”.
Saya terkesan dan menempatkan penghargaan ini dalam hati
saya.]
Pernah saya mengoreksi tugas, menemukan jawaban berupa
pisang goreng.
[Dalam batin, beraninya mereka mempermainkan saya! Mereka
kira belajar hanya main-main?!]
Tetapi kemudian saya berpikir banyak hal, seperti mungkin
mereka bosan dengan cara saya mengajar, mungkin saya kurang memperhatikan
mereka, mungkin saya mengabaikan bahwa mereka masih belum memahami materi,
mungkin saya terlalu cepat, mungkin dia sakit, mungkin dia memiliki masalah
dengan temannya, dirumah atau diluar sekolah. Mereka hanya belum mengetahui makna
dari apa yang mereka pelajari.
“Apa gunanya saya
belajar jenis-jenis dan ciri-ciri tumbuhan paku? Buat apa sih? Toh saya hidup
gak buat nyari tumbuhan paku!”
[Mungkin itu yang kalian pikirkan atau mungkin kalian pergi
ke sekolah hanya karena kewajiban dari orang tua atau hanya ingin bertemu
dengan teman.]
Siswa-siswi sekaligus adik-adikku, kalian pasti menginginkan
sesuatu dalam hidup kalian? Maka gapailah itu!
Tetapi, saya yakin, hal itu tidak akan mudah jika tidak
dengan belajar yang bersungguh-sungguh.
Saya beritahukan, bahwa belajar tidak selalu harus di kelas atau
sekolah, belajar tidak selalu harus sesuai batas pelajaran (misalnya biologi,
matematika, sosiologi dan seterusnya) dan belajar tidak selalu harus pada jam
sekolah.
Kalian bisa belajar apapun, dimanapun, kapanpun sesuai
dengan keinginan kalian!
Kembali pada KBM di kelas X MIA 1...
Biasanya setiap jawaban benar yang diajukan, akan langsung
saya berikan poin pada absen. Awalnya hal ini saya lakukan untuk menarik
perhatian dan memberi semangat pada para siswa agar berani mengajukan jawaban
dan terlibat aktif pada KBM.
Tetapi, sampai datang pada suatu waktu...
Dengan banyaknya siswa yang ingin menjawab, saya lebih
sering mengajukan pertanyaan, sehingga akhirnya saya sering tidak sempat memberi
tanda poin pada absen siswa. Saya pikir hal ini tidak akan berdampak apa-apa,
karena tujuan saya mengajar bukanlah memberikan poin sebanyak-banyaknya.
Ternyata, seorang siswa merasa keberatan dengan hal ini. Dia
mulai berhenti mengajukan jawaban dan akhirnya ditengah-tengah keramaian kelas
dia berkata,
“Ah, gak jadi jawab,
ntar juga gak ditulis poinnya.”
[Saya tertegun dan kecewa sehingga setelahnya KBM saya
lakukan dengan tidak bersemangat dan ingin segera mengakhirinya]
Dia memang termasuk siswa yang paling aktif mengajukan
jawaban, memperhatikan penjelasan saya dengan baik dan mengerjakan setiap tugas
dengan teliti, sehingga dia hampir selalu mendapat nilai tertinggi pada setiap
tugas.
Saya menyukai setiap karakter siswa kelas X MIA 1, tetapi
saya sangat berterimakasih kepada siswa tersebut. Dengan pengakuannya saya
belajar, bahwa saya perlu menyampaikan terlebih dahulu tujuan dan karakteristis
saya sebagai seorang guru, sebelum memulai KBM dengan para siswa.
Sehingga perlu saya sampaikan disini, agar siswa tersebut
dan siswa X MIA 1 lainnya mengetahui.
Tujuan saya menjadi guru adalah agar anak-anak atau para
siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna, sehingga siswa dapat
memahami dan mengetahui apa yang dapat ia lakukan dari ilmu yang telah ia
pelajari. Bukan membantu siswa mendapatkan nilai tertinggi semata.
Karakteristik saya sebagai guru adalah saya memberikan
kebebasan kepada siswa untuk melakukan apapun selama KBM (baik diluar maupun
didalam kelas) dengan batasan (selama hal tersebut membantu siswa dalam
memahami apa yang ia pelajari). Jadi saya berikan kebebasan yang terbatas,
yaitu lakukan apa saja yang diperlukan untuk belajar!
Kembali pada siswa dalam cerita sebelumnya...
Setelah berkata demikian dan membuat saya kecewa. Siswa
tersebut menyadari bahwa saya tidak setuju dengan apa yang ia katakan kepada
saya. Segera setelah KBM usai, dia memberi salam dan berkata,
“Bu, maaf kalau saya
punya salah.”
Sungguh, setelah mendengar kata-kata itu dan melihat
wajahnya yang tulus, saya bersedih.
[Apa yang telah saya lakukan? Saya telah membuatnya kecewa
lalu dialah yang telah meminta maaf terlebih dahulu? Guru macam apa saya ini?]
Sampai pada pertemuan terakhir, saya tidak sempat menyatakan
kata perpisahan, ucapan terimakasih dan bahkan permintaan maaf kepadanya dan
para siswa X MIA 1 selama kurang lebih satu setengah bulan ini.
Waktu itu memang saya dipanggil oleh dosen pembimbing PPL,
yang tidak mungkin saya tolak, sehingga saya harus meninggalkan kelas sebelum
waktunya.
Jadi, selamat berjumpa kembali para (mantan) siswa kelas X
MIA 1 (kan kalian udah naik kelas?) ;)
Mohon maaf atas segala kesalahan yang dilakukan secara
sengaja maupun tidak sengaja. Mohon maaf jika saya pernah membuat kalian tidak
nyaman bahkan pernah menyakiti hati kalian. Semoga kalian bersedia memberi maaf
dan semoga kita semua dirahmati Allah.
Jika diantara kalian ada yang merasa telah bersalah kepada
saya, maka jangan khawatir, saya tidak merasa disakiti atau disusahkan oleh
kalian. Bahkan saya ucapkan terimakasih atas pembelajaran berharga yang telah
kalian berikan, sehingga Ibu dapat belajar dan terus memperbaiki diri agar
menjadi guru yang lebih baik...
Jadi ini buat Agung, Ais, Chanif, Ananta, Arya, Chrisna, Dwi
Satria, Dewi, Dian, Dwiky, Erin, Erra, Evita, Fahira, Fajar, Irma, Janisa,
Jodi, Fatkhur, Nasir, Salsabila, Neny, Nicholas, Novi, Rifdah, A’yun, Rama,
Redzky, Rheza, Risky, Rosarinda, Rouf, Toni, Try, Widi, dan Yulita.
Saya dan kalian semua..
We’ve made memories together! It’s not always good memories,
but we had each other :).
Tulisan ini saya buat untuk memenuhi janji saya pribadi
kepada kelas X MIA 1, setelah kejadian hari itu, seorang siswa bertanya,
“Bu, tadi kenapa? Kok
gak semangat seperti biasanya? Siapa bu? Dia kan bu?”
Saya balas menjawab,
“Saya akan
menceritakannya secara detail di blog saya, jadi tungguin aja ya :)!”
Ditulis selama 105 menit untuk pembelajaran yang berharga, X MIA 1!
--by SN