Kamis, 18 Juni 2015

Janji untuk X MIA 1 SMARIHEKSA 2014/2015!


Pada awal semester genap Tahun Ajaran 2014/2015, saya melaksanakan PPL di SMAN 6 Malang selama kurang lebih satu setengah bulan.
Halaman depan SMAN 6 Malang
Kelas X MIA 1 adalah kelas favorit saya, karena para siswanya yang bersemangat, banyak ide dan menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas.

Pada awalnya saya merasa kurang bersemangat saat mengajar di kelas X MIA 1, saya merasa kurang kompeten dan minder dalam mendidik para siswa. Hal ini karena pada minggu pertama saya mengajar di kelas ini, para siswa terlihat kurang bersemangat dan cenderung ramai.

Sampai akhirnya pada minggu kedua, Ibu Yetty (Guru Biologi kelas X MIA 1) menyarankan saya untuk melaksanakan KBM di lab bio (laboratorium biologi) saja, karena tempatnya lebih luas, penerangannya bagus, terjangkau wifi dan LCD-nya berfungsi dengan baik. Memang lebih baik, jika dibandingkan dengan kelas mereka yang cenderung sempit, panas dan tayangan LCD tidak terlihat dengan jelas.

Men doing their works seriously!
Women too!
Begitu KBM dilaksanakan di lab bio, siswa terlihat lebih fokus dan penyampaian materi lebih baik. Terbukti dari partisipasi aktif siswa setiap saya mengajukan pertanyaan, mereka akan bertepuk tangan dengan meriah dan berteriak girang jika jawaban mereka benar.

[Tepuk tangan penyemangatnya di provokasi oleh seorang anak lelaki yang gagah berani dan terlibat aktif pada ekskul PASKIBRA. Saya setuju dengan apa yang Ia lakukan, bahwa belajar tidak selalu harus serius jika kamu bisa belajar dengan tertawa bahagia.]

Hal ini membuat saya lebih nyaman dan bersemangat dalam mempersiapkan KBM selanjutnya. Sehingga pada minggu ketiga, saya sudah merasa mengenal dan akrab dengan para siswa kelas X MIA 1. Beberapa siswa mengaku, yang pada awalnya mereka mengeluh dan tidak setuju dengan cara  mengajar saya, sekarang mereka lebih bersemangat karena menyukai KBM yang saya lakukan di kelas.

They happy when go out from class and touch anything!
[Seorang siswi berkacamata dan berkerudung bercerita,
Bu, dulu saya bilang, “Hancurkan bu Sofi!”, kalau sekarang saya bilang, “Hidup bu Sofi!”.
Saya terkesan dan menempatkan penghargaan ini dalam hati saya.]

Ternyata, mengajar bukan hal yang mudah! (baca lebih lanjut!)

Pernah saya mengoreksi tugas, menemukan jawaban berupa pisang goreng.

[Dalam batin, beraninya mereka mempermainkan saya! Mereka kira belajar hanya main-main?!]

Tetapi kemudian saya berpikir banyak hal, seperti mungkin mereka bosan dengan cara saya mengajar, mungkin saya kurang memperhatikan mereka, mungkin saya mengabaikan bahwa mereka masih belum memahami materi, mungkin saya terlalu cepat, mungkin dia sakit, mungkin dia memiliki masalah dengan temannya, dirumah atau diluar sekolah. Mereka hanya belum mengetahui makna dari apa yang mereka pelajari.

“Apa gunanya saya belajar jenis-jenis dan ciri-ciri tumbuhan paku? Buat apa sih? Toh saya hidup gak buat nyari tumbuhan paku!”

[Mungkin itu yang kalian pikirkan atau mungkin kalian pergi ke sekolah hanya karena kewajiban dari orang tua atau hanya ingin bertemu dengan teman.]

Siswa-siswi sekaligus adik-adikku, kalian pasti menginginkan sesuatu dalam hidup kalian? Maka gapailah itu!
Tetapi, saya yakin, hal itu tidak akan mudah jika tidak dengan belajar yang bersungguh-sungguh.
Saya beritahukan, bahwa belajar tidak selalu harus di kelas atau sekolah, belajar tidak selalu harus sesuai batas pelajaran (misalnya biologi, matematika, sosiologi dan seterusnya) dan belajar tidak selalu harus pada jam sekolah.

Kalian bisa belajar apapun, dimanapun, kapanpun sesuai dengan keinginan kalian!

Kembali pada KBM di kelas X MIA 1...
Biasanya setiap jawaban benar yang diajukan, akan langsung saya berikan poin pada absen. Awalnya hal ini saya lakukan untuk menarik perhatian dan memberi semangat pada para siswa agar berani mengajukan jawaban dan terlibat aktif pada KBM.

Tetapi, sampai datang pada suatu waktu...

Dengan banyaknya siswa yang ingin menjawab, saya lebih sering mengajukan pertanyaan, sehingga akhirnya saya sering tidak sempat memberi tanda poin pada absen siswa. Saya pikir hal ini tidak akan berdampak apa-apa, karena tujuan saya mengajar bukanlah memberikan poin sebanyak-banyaknya.
Ternyata, seorang siswa merasa keberatan dengan hal ini. Dia mulai berhenti mengajukan jawaban dan akhirnya ditengah-tengah keramaian kelas dia berkata,

“Ah, gak jadi jawab, ntar juga gak ditulis poinnya.”

[Saya tertegun dan kecewa sehingga setelahnya KBM saya lakukan dengan tidak bersemangat dan ingin segera mengakhirinya]

Dia memang termasuk siswa yang paling aktif mengajukan jawaban, memperhatikan penjelasan saya dengan baik dan mengerjakan setiap tugas dengan teliti, sehingga dia hampir selalu mendapat nilai tertinggi pada setiap tugas.

Saya menyukai setiap karakter siswa kelas X MIA 1, tetapi saya sangat berterimakasih kepada siswa tersebut. Dengan pengakuannya saya belajar, bahwa saya perlu menyampaikan terlebih dahulu tujuan dan karakteristis saya sebagai seorang guru, sebelum memulai KBM dengan para siswa.

Sehingga perlu saya sampaikan disini, agar siswa tersebut dan siswa X MIA 1 lainnya mengetahui.

Tujuan saya menjadi guru adalah agar anak-anak atau para siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna, sehingga siswa dapat memahami dan mengetahui apa yang dapat ia lakukan dari ilmu yang telah ia pelajari. Bukan membantu siswa mendapatkan nilai tertinggi semata.

Karakteristik saya sebagai guru adalah saya memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan apapun selama KBM (baik diluar maupun didalam kelas) dengan batasan (selama hal tersebut membantu siswa dalam memahami apa yang ia pelajari). Jadi saya berikan kebebasan yang terbatas, yaitu lakukan apa saja yang diperlukan untuk belajar!

Kembali pada siswa dalam cerita sebelumnya...

Setelah berkata demikian dan membuat saya kecewa. Siswa tersebut menyadari bahwa saya tidak setuju dengan apa yang ia katakan kepada saya. Segera setelah KBM usai, dia memberi salam dan berkata,

“Bu, maaf kalau saya punya salah.”

Sungguh, setelah mendengar kata-kata itu dan melihat wajahnya yang tulus, saya bersedih.

[Apa yang telah saya lakukan? Saya telah membuatnya kecewa lalu dialah yang telah meminta maaf terlebih dahulu? Guru macam apa saya ini?]

Sampai pada pertemuan terakhir, saya tidak sempat menyatakan kata perpisahan, ucapan terimakasih dan bahkan permintaan maaf kepadanya dan para siswa X MIA 1 selama kurang lebih satu setengah bulan ini.
Waktu itu memang saya dipanggil oleh dosen pembimbing PPL, yang tidak mungkin saya tolak, sehingga saya harus meninggalkan kelas sebelum waktunya.

Jadi, selamat berjumpa kembali para (mantan) siswa kelas X MIA 1 (kan kalian udah naik kelas?) ;)

Mohon maaf atas segala kesalahan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Mohon maaf jika saya pernah membuat kalian tidak nyaman bahkan pernah menyakiti hati kalian. Semoga kalian bersedia memberi maaf dan semoga kita semua dirahmati Allah.

Jika diantara kalian ada yang merasa telah bersalah kepada saya, maka jangan khawatir, saya tidak merasa disakiti atau disusahkan oleh kalian. Bahkan saya ucapkan terimakasih atas pembelajaran berharga yang telah kalian berikan, sehingga Ibu dapat belajar dan terus memperbaiki diri agar menjadi guru yang lebih baik...

Jadi ini buat Agung, Ais, Chanif, Ananta, Arya, Chrisna, Dwi Satria, Dewi, Dian, Dwiky, Erin, Erra, Evita, Fahira, Fajar, Irma, Janisa, Jodi, Fatkhur, Nasir, Salsabila, Neny, Nicholas, Novi, Rifdah, A’yun, Rama, Redzky, Rheza, Risky, Rosarinda, Rouf, Toni, Try, Widi, dan Yulita.

Saya dan kalian semua..
We’ve made memories together! It’s not always good memories, but we had each other :).

Tulisan ini saya buat untuk memenuhi janji saya pribadi kepada kelas X MIA 1, setelah kejadian hari itu, seorang siswa bertanya,

“Bu, tadi kenapa? Kok gak semangat seperti biasanya? Siapa bu? Dia kan bu?”
Saya balas menjawab,
“Saya akan menceritakannya secara detail di blog saya, jadi tungguin aja ya :)!”


Ditulis selama 105 menit untuk pembelajaran  yang berharga, X MIA 1!
--by SN


Mengajar bukan hal yang mudah!


Mengajar dan menjadi guru bukan hanya pagi datang ke sekolah, masuk kelas sepanjang hari, pulang sekolah bermain/jalan-jalan sama temen, sampe rumah nonton tivi atau online social media, dan tidur tengah malam. Hidupnya guru gak seperti yang dibayangkan atau yang dilakukan para siswa. Bahkan, mungkin para siswa tidak pernah membayangkan betapa berat kehidupan para guru.

Kami (sebagai guru) harus mempersiapkan banyak hal. Mulai dari materi apa yang harus dipelajari siswa, pemilihan buku teks, bagaimana agar siswa tertarik belajar, tugas jenis apa yang membantu siswa lebih memahami materi dan lainnya. Selain itu, kami masih harus mengoreksi hasil pekerjaan siswa, menghitung dan memasukkan nilai, membuat penilaian sikap, membuat tinjauan materi, memikirkan apa yang harus dilakukan pada siswa yang kurang memahami materi bahkan juga memikirkan apa yang harus dilakukan pada siswa yang sudah menguasai materi, bagaimana agar para siswa bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi. Guru juga memikirkan perasaan setiap siswa saat di kelas, ada yang kurang bersemangat, ada yang memperhatikan dengan baik, bahkan ada yang terlalu bersemangat dengan bersuara keras.

Belum lagi kalau bapak/ibu guru yang sudah memiliki keluarga, mereka masih harus memikirkan keluarganya, bukan hanya para siswa.

Guru juga manusia yang tidak sempurna, memiliki kelebihan dalam suatu hal dan kekurangan dalam hal lain. Guru juga dapat membuat kesalahan didalam kelas, baik secara sengaja, maupun tidak sengaja. Jika kesalahan dilakukan secara sengaja, maka guru pun patut menadapat hukuman (hukuman bukan dari siswa, tetapi dari pihak yang berwenang seperti kepala sekolah bahkan kepolisian). Jika dilakukan secara tidak sengaja, sebaiknya memaklumi dengan kondisi dan lingkungan guru yang terkadang juga mengalami masalah, musibah dan hal lain yang mungkin belum terbayangkan oleh siswa.