Kamis, 04 Desember 2014

Do he hates me?

Membutuhkan waktu 20 menit untuk memikirkan rangkaian kata, pemilihan font, warna font dan background untuk menghasilkan gambar dibawah.

Saya mengerti pola sikapnya sekarang.

Beliau adalah dosen sekaligus ketua jurusan yang sangat saya kagumi.
Pengetahuan, pengalaman, pola pikir dan caranya bersikap membuat saya ingin tahu lebih banyak.

Beliau begitu fleksibel dan memiliki toleransi yang manusiawi.
Lalu datanglah hari-hari itu, dimana saya dan otak saya yang memanfaatkan kebaikan beliau.

Pada pertemuan terakhir suatu mata kuliah, saya terlambat masuk kelas dengan sengaja.
Saya sudah bangun, tetapi memilih untuk tidur kembali karena kelelahan.
Lelah seperti biasa, akibat pulang malam (jam 9.30 malam) dari tempat les.
Pagi itu, saya dengan santai berpikir bahwa beliau akan datang terlambat, maka saya juga akan datang terlambat.
Lalu tidur kembali.

Jam 07.15 beliau sudah masuk kelas dan saya masih dirumah.
Saya bergegas berangkat dan masuk kelas jam 07.58.
Saya meminta ijin karena terlambat.
Beliau menanyakan alasannya.
Saya berkata jujur, tetapi tidak cukup detail (kelelahan).
Saya berkata "telat bangun", beliau terdiam dan tak memalingkan pandangan.

Saya rasa pada hari itulah timbul sesuatu yang pada hari ini beliau jelaskan.

Hari ini, sepanjang penjelasan beliau saya berpikir, mencoba mencari tahu apa yang beliau coba sampaikan.

Beberapa hal membuat saya benar-benar terdiam dan tidak berani memandang wajah beliau.

Saya menangkap 2 topik yang berhubungan dengan saya, tanggungjawab dan respect.

Saya yang tidak bertanggung jawab dan beliau yang tidak lagi respect terhadap saya.

I stabbed.

Saya terdiam, benarkah apa yang saya pikirkan tentang hal itu? Benarkah?

Saya tidak tahu.
Saya sedih.

from SN to Imvds.

Rabu, 12 November 2014

Lebih khawatir dan sedih

Selasa, 11 November 2014
23.48

Hari ini saya lebih khawatir.

Seorang siswa bernama NN, dari obrolan singkat kami;

NN sebelumnya bersekolah di luar pulau Jawa, sudah SMA jurusan IPS.
Lalu NN pindah ke Jawa, di Malang, masuk sebuah SMA swasta jurusan IPA (MIA).

NN masih kelas X.

NN sudah mengikuti bimbel (les) di tempat saya selama 2 bulan.

Pada awalnya NN belajar dengan rajin terutama matpel Kimia. Saya begitu heran, dia datang ke tempat bimbel tanpa ada buku paket maupun LKS. Catatan di bukunya tidak lengkap dan terkesan ditulis asal-asalan.

Saya sadar betul kemampuan saya tentang mata pelajaran ini. Selain bidang yang saya tekuni adalah Biologi dan track-record matpel Kimia saya dulu kurang baik. Saya kebingungan harus mengajarkan suatu materi mulai darimana dulu, selain karena NN tidak membawa buku paket.

Saya browsing di internet, mencari materinya dan sebisanya membimbing NN memahami Kimia mulai dari dasar. Sayang sekali, saya yang kurang menguasai matpel ini, ditambah dengan kemampuan belajarnya yang lambat, menambah pesimisme saya. Saya hanya tidak bisa menerima kenyataan, bahwa ada siswa yang tertinggal sampai seperti ini.

Pernah karena saya begitu tidak tahan dengan perasaan saya, saya menanyakan pada NN mengapa dia milih jurusan IPA. NN menjawab bahwa Ibunya yang memasukkannya di sekolah itu, sekaligus memilihkan jurusan IPA untukknya. Lalu saya menyarankan pada NN, mengapa tidak alih jurusan saja karena masih awal semester 1. Tetapi NN menjawab, “Nggak deh mbak, lagian Ibukku sudah berangkat”.

Dengan raut mukanya yang menjadi sedih setelah saya bertanya-tanya hal itu, saya tidak melanjutkan pembicaraan itu. Lalu saya bilang, “Kamu kalau bener-bener pengen bisa, mending les privat aja, soalnya bakal lebih banyak belajar dan tentornya fokus ke kamu aja. Kalau disini kan sistemnya kelas, jadi bagi-bagi sama siswa bimbel yang lain.”
Lalu saya berpikir, mungkin ibunya seorang TKI.

Kemudian, kami mengakhiri pertemuan kali itu. Selanjutnya NN tidak serajin yang dulu. NN hanya masuk saat ada PR atau ujian. Saya setengah merasa bersalah, tetapi mentalnya masih terlalu rapuh, tidak sesuai dengan usianya. Saya sedih.

Bertambahlah kesedihan saya saat NN mengerjakan PR Bahasa Indonesia. NN meminta bantuan untuk mengerjakan PR tersebut, tugasnya hanya mencari sebuah teks anekdot. Biasanya anak yang lain akan browsing di Internet dan menyalinnya di buku. Tetapi tidak untuk NN, memasukkan kata kunci di Google saja dia masih bingung, setelah ditampilkan banyak link, pun dia masih kesulitan (hanya untuk memilih salah satu link). Saya menjadi tidak sabar karena saya menangani siswa yang lain, tetapi dia begitu bergantung kepada saya. Seperti menunggu instruksi berikutnya, lalu apa, lalu ngapain, tanpa memikirkan sendiri selanjutnya apa yang akan dia lakukan. Saya menekan dia agar mencari sendiri, berkali-kali, tetapi tidak berhasil.

Hari ini, kembali ada tugas Bahasa Indonesia. Saya baru sadar, PR yang Ia bawa ke tempat bimbel selalu tidak jelas instruksinya, entah karena tata bahasa yang dipakai berbeda (karena sebelumnya dia tinggal di luar jawa), atau memang dia tidak mengerti ataukah instruksi dari guru yang memang tidak jelas.

Kali ini dia sudah memiliki inisiatif dengan membawa laptop dan modem. Dia bilang tugasnya tentang pengertian, cara dan contoh ‘interpretasi’. Setelah browsing ternyata lebih mengarah ke matpel geografi. Saya menanyakan, interpretasi ada di buku halaman berapa. Dia menjawab, “Pokoknya ada disini mbak, tapi aku gak tau dimana, katanya pokoknya disuruh nyari pengertian, cara dan contoh interpretasi (mengulang menjelaskan)”.
“Loh, saya tau instruksinya, tapi tidak jelas maksudnya apa, kalau di buku ada tunjukkan biar lebih jelas dan tau maksudnya apa.”

Lalu saya menekan NN agar dia berusaha memikirkan apa yang harus Ia lakukan selanjutnya.
NN : “Buka Mozilla ya mbak?”
Saya :”Iya”
NN mulai mengetik dan mencari di google
NN : “Mbak yang mana?”
Saya :”Yang Wikipedia aja”
NN :”Ini di copy semua ya mbak?”
Saya :”Iya”
NN mencoba mem-blok sebuah paragraf. Beberapa kali gagal dan percobaan terakhir berhasil, tetapi berhenti lalu..
NN :”Mbak Aku gak bisa, tolong copy-in”
Saya :”Ini kan tinggal di klik kanan-copy aja?”

NN bermain HP, kemudian memandang saya. Saya menangkap pesan tersirat dari raut wajahnya, seperti dia berkata “Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan, ini semua sangat sulit, tolonglah saya”

Dengan siswa lain yang menunggu untuk dibimbing, saya menjadi tidak sabar. Saya kerjakan sendiri tugas NN. Saya browsing dan copy-paste, memotong dari web dan menempelnya ke PPT. Ini menyalahi hati saya, bukan begini cara mendidik. Tetapi tentor bertanggung jawab menyelesaikan PR dan tugas siswa (itu yang utama, selain membuat siswa paham). Jika siswa lamban, malas dan tidak termotivasi, sedangkan siswa lain menunggu dibimbing, saya harus bagaimana?

Membimbing 5 siswa (kadang lebih) dengan latar belakang berbeda (SD, SMP, SMA dengan kemampuan dan motivasi belajar berbeda-beda) dalam waktu 90 menit, dengan beban menyelesaikan PR yang jelas berbeda tiap siswa, tidak mungkin saya akan terfokus pada siswa yang seperti NN untuk kemudian memotivasinya, membuatnya tertarik untuk belajar dst. Pembelajaran dalam kelas di sekolah saja (yang memiliki latar belakang sama, yaitu jenjang dan kelasnya sama), untuk memotivasi siswa dan membuatnya tertarik untuk belajar membutuhkan beberapa pertemuan, itu saja belum tentu berhasil.

Saya hanya tidak mau terus-terus an melakukan hal yang menyalahi hati dan prinsip saya. Saya khawatir lama-kelamaan saya akan terbawa arus dan terjerumus dalam hal yang selalu saya tentang yaitu, “guru yang menghasilkan robot, bukan manusia”.

Saya sedih.

Memikirkan berbagai solusi, tetapi hubungan sosial antar manusia tidak semudah itu. Berbagai tinjauan dan pandangan di setiap faktor dan kemungkinan sangat rumit. Hal ini bisa diselesaikan, tetapi tidak secepat itu.

Saya hanya harus beristirahat dan meninjau ulang.

Minggu, 09 November 2014

Tak kalah usangnya...

Kita tahu bahwa menyalakan api dengan cara menggosok-gosokkan dua batang kayu telah usang. Namun, sadarkah kita bahwa sistem pendidikan yang berlangsung saat ini didasari oleh konsep yang tak kalah usangnya?

Dikutip dari buku The Learning Revolution oleh Gordon Dryden dan Jeannette.

Jumat, 07 November 2014

Hanya saja apatis sama sekali tidak membantu

Jumat, 7 November 2014

Hari ini salah satu muridku, Venus (Kelas 4 SD) tidak bersemangat, katanya karena belum menyiapkan baju sekolahnya buat besok.

Ah.. betapa orang tuanya bagus sekali dalam mendidik.

Selain itu, saya mengkhawatirkan beberapa hal.

Beberapa minggu terakhir, suhu di Malang begitu panas. Muridku yang bersemangat, berjubel memenuhi ruangan. Aku jadi tidak sabar dan hal ini membuatku sedih.

Tetap dengan penemuan merobek hati, setiap hari saya menemui siswa yang dibuat susah dan tidak mengerti arti dari “mengapa saya harus mengerjakan PR? Mengapa saya harus belajar?”

Austin (Kelas 2 SD) yang selalu mengeluh capek dan cepat-cepat ingin ‘istirahat’ dari mengerjakan PR. Saya mengizinkan murid-murid untuk istirahat dari belajarnya, barang 5 sampai 10 menit untuk bermain atau jajan. Baru mengerjakan 5 soal, sudah tanya kapan ‘istirahat’. Baru mengerjakan 1 dari 10 halaman sudah mengeluh capek, karena baru saja les Bahasa Inggris. –miris didalam hati, melihat anak-anak dipaksa belajar dengan waktu yang lama, tanpa mau berpikir cara belajar yang efektif.

Mereka pikir semakin banyak soalnya yang dikerjakan, semakin sering belajar dan semakin panjang waktu belajar, maka anak akan pandai.

Ah... betapa semua ini begitu tidak berarti jika tidak bisa memaknai.

Vanesa (Kelas 4 SD), baru saja masuk les hari Rabu lalu, yang saya tau, kemampuan matematikanya masih seperti anak kelas 2 SD. Lebih sering ngarang dan asal-asalan saat saya tanya secara lisan, seperti;

Saya : “ 6 : 2 berapa?”
Vanesa : “Satu!”, dengan spontan.

Lalu saya menunjukkan raut muka yang tidak setuju. Lalu seketika Vanesa memutar bola matanya keatas, menunjukkan wajah berpikir –walaupun kadang saya tidak yakin bahwa dia benar-benar berpikir.

Saya rasa kelemahannya ada pada pembagian dan perkalian. Jika ini dibiarkan, maka Vanesa tidak akan belajar banyak pada tahap selanjutnya.

Dengan waktu dan tempat terbatas, saya memandu para murid memahami apa yang mereka kerjakan. Sayangnya, akhir-akhir ini saya cenderung mendikte jawaban dari pertanyaan PR mereka yang berlembar-lembar. Hampir setiap hari, para murid mendapat PR berlembar-lembar, tanpa mendapat penjelasan dari guru terlebih dahulu. Lebih parahnya lagi, PR yang sudah mereka kerjakan dengan susah payah dan dibawah tekanan, tidak dikoreksi atau tidak dibahas dikelas sesuai janji guru. Ada juga yang hanya melihat apa sudah penuh dikerjakan atau belum, jika sudah penuh tidak dikoreksi dan jika masih kosong dicoret dengan tinta merah, kemudian ditulis poin-poin yang tidak bisa dimengerti maskudnya.

Saya seperti pada titik puncak kesabaran saya dengan kelakuan pendidik mereka di sekolah. Sayangnya dengan hal itu, saya melimpahkan kekesalan saya terhadap murid-murid. Ah, saya begitu sedih :’(.

Saya tidak bisa menyalahkan pendidik mereka secara mentah. Bisa saja pendidik itu mengalami problema yang tidak saya alami, yang tidak saya tahu. Mungkinkah mereka kekurangan waktu maupun kesejahteraan sehingga terkesan melepas tanggung jawab dengan memberi Pekerjaan Rumah sebanyak-banyaknya tanpa memandu siswa memahami apa yang harus mereka pahami.

Hanya saja...

Apatis adalah musuh terbesar perubahan!
#speechless

Selasa, 28 Oktober 2014

Hati-hati berkata, bisa saja mematikan.

“Wah, ternyata tumbuhan bisa membuat makanan sendiri ya..”, Rian berkata lirih sambil memperhatikan gambar di layar HP nya dengan mata berbinar-binar.

“Loh, Rian! Kamu kok disini? Sekarang kan waktunya kelas IPA, untung saja aku keluar kelas untuk ke kamar mandi, jadi nemu kamu disini. Ayok masuk kelas! Kamu kok selalu kabur dari kelas? Kenapa malas sekali? Itu kamu buka-buka apa di HP?”

“Aku tau kamu ketua kelas, tapi tolong jangan paksa aku masuk kelas. Kamu tau sendiri kan aku selalu dimarahin pak Budi? Aku disini belajar juga kok, ini aku nemu di internet, kalo ternyata tumbuhan bisa membuat makanannya sendiri, istilahnya itu..”, Rian mencoba menemukan istilah yang Ia cari pada bacaan di HP nya.

“Fotosintesis?!”, Linda berkata.

“Iya, fotosintesis, itu gimana ya caranya? Tumbuhan ternyata bisa masak juga ya? Bahannya apa aja ya gitu?”, Rian berbicara sendiri sambil tersenyum berimajinasi.

“KAMU KEMANA AJA SIH!!!! Kamu di kelas kemana aja? Aku udah capek nerangin ulang terus ke kamu! Fotosintesis udah dibahas, bahkan udah ujian dari dua minggu yang lalu. Makanya masuk kelas, dengerin kata Pak Budi! Bener emang kata pak Budi, kamu itu udah bego, males lagi!”, Linda berbalik dan pergi meninggalkan Rian.

Rian terdiam, kaget dengan Linda yang biasanya menjadi teman yang paling dikagumi Rian. Bersama Linda lah, Rian berbagi jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan aneh. Linda yang menjawab rasa penasaran Rian tentang banyak hal. Rian berkata didalam hatinya, “Jangan pernah berbagi, jangan pernah berbicara lagi, jangan pernah bertanya lagi! Karena kamu akan tetap malas dan bodoh!”
Linda telah mematikan cahaya belajar Rian. Selamanya Rian menjadi malas dan bodoh akibat temannya sendiri.

“Rian memiliki latar belakang yang rumit, analisis sederhana berdasarkan cerita diatas, Rian selalu dimarahi guru IPAnya, sehingga dia tidak mau dan jarang masuk kelas. Walaupun duduk didalam kelas, Rian tidak pernah benar-benar belajar. Akibat tekanan dan label yang diberikan oleh gurunya sendiri, mungkin juga dengan teman sekelasnya. Mungkin Rian adalah Pebelajar Bebas yang suka belajar banyak hal oleh dirinya sendiri, dimanapun, kapanpun. Dia mengagumi banyak hal, Dia belajar banyak hal diluar kelas. Tetapi sekali lagi, Linda telah mematikan cahaya semangat belajarnya. Linda yang selama ini menemaninya mengagumi dunia telah lelah dan heran.”

"Sungguh bukan umat Muhammad SAW, orang yang sombong karena ilmunya."

Minggu, 20 Juli 2014

Indahnya persahabatan yang diikuti oleh hantu (Cerpen)

Senin, 21 Juli 2014 Pukul 12.14

Suatu hari datang dua anak perempuan yang sangat cantik  kesekolah kelihatannya mereka bersahabat sangat erat sampai sampai mereka terlihat seperti bersaudara. Saat itu mereka kelas 3 sd. Saat mereka sudah menginjak dewasa  wajah mereka, heem seperti seorang bidadari wajah mereka sangat cantik wajah mereka juga tidak jauh berbeda sama sekali. Mereka lupa jika mereka bersahabat, mereka seperti tidak mengenali satu sama lain. Mereka sama, memasuki universitas di Jakarta, nilai nilai mereka sangat memuas kan. Mereka memasuki jurusan teknik memfoto sepertinya cita-cita mereka sama ingin menjadi fotografer. Mereka sangat pandai dalam bidang , saat mereka sudah lulus mereka ingin mendalami teknik mereka atau menjadi dosen yang selalu mengajarkan tentang foto.
Mereka sama sama izin kepada orang tua mereka untuk memperbolehkan mereka tinggal dihutan. Karna pemandangan dihutan sangat indah awalnya mereka tidak diperbolehkan. Tapi, mereka sangat menentang jawaban orang tuanya mereka bilang, “ini untuk masa depanku ma,pa?” kata mereka. Semua orang heran melihat mereka, semua orang tau kalau mereka bersahabat dari kecil tapi mereka lupa. Anehnya kenapa apa yang mereka perbuat selalu sama, cara bicaranya ,tingkah laku mereka,dan juga kepandaian mereka seperti orang kembar saja. Semua yang mereka lakukan sama, saat mereka sudah berangkat kehutan mereka terkejut ternyata ditengah tengah hutan yang lebat dan menyeramkan ini, ada sebuah pondok.  Saat mereka jalan tiba-tiba ada yang mengikuti mereka . Setiap mereka keluar dari pondok itu pasti ada saja kejadian yang membuat mereka ketakutan.
Suatu hari datanglah seseorang yang mengaku malaikat kepada mereka, tapi mereka tak percaya kalau itu adalah malaikat. Sebelum malaikat itu pergi kembali, malaikat itu berkata, “aku hanya ingin menolong kalian dari barang barang ghoib”. Mereka pun berkata, “benar juga anda, ya sudah apa yang bisa melindungi kami?”. Malaikat pun berkata, “kalian belum izin kepada yang punya, tapi apapun itu kalian sudah dikutuk oleh raja hantu, pemilik wilayah ini. Jadi, seumur hidup kalian akan diikuti oleh hantu itu se la ma nya”. “apa?” mereka terkejut. Malaikat pun pergi dan tak pernah kembali. kedua anak itu tak akan pernah pulang selamanya. Mereka tersesat. Ternyata selama ini mereka bukan tinggal dipondok, tapi tinggal dikuburan. Saat mereka sudah tau semuanya, mereka langsung dibunuh oleh hantu tersebut. Karna hantu tersebut takut jika semua orang tau ada hantu menyukai manusia.

Oleh : Keysha Nazarina Putri Rachman (Kelas V, SDN Wonomulyo 01, Poncokusumo, Kabupaten Malang)

Selasa, 01 Juli 2014

Kuliah Kerja Nyata (bukan Manipulasi) buat kami ber-10

Thanks God...

KKN sudah selesai, semua tubuh sudah berpisah pulang kembali ke rumah masing-masing.

Apa yang kami ber-10 lakukan selama 45 hari KKN di kelurahan Mulyorejo, Sukun adalah benar-benar nyata. Padahal saya kira pada awalnya tidak akan senyata ini, akan banyak hiburan dan hal yang sia-sia.

Memang kami hampir tidak pernah berlibur atau jalan-jalan selama KKN, mungkin terkesan terlalu serius, tetapi kami semua menikmati hal ini.

Liburan kami adalah bercengkrama di rumah kami, ya posko KKN.

Kami menikmati setiap hal yang ada di rumah kami, bercanda satu sama lain, memasak bersama, kelaparan tengah malam bersama.

Program KKN kami semua terlaksana dengan baik, bahkan banyak sekali kegiatan diluar proker yang membuat kami tetap sibuk dan bersentuhan dengan masyarakat. Alhamdulillah, hal ini meninggalkan kesan yang baik. Kami diterima, didukung dan diharapkan kembali. Alhamdulillah, kami menyampaikan titipan kepada yang berhak. Itulah mengapa disebut kuliah kerja Nyata (bukan manipulasi).

Selain kami be-10, ada tambahan 1 tubuh lagi, pemilik rumah yang tempatnya kami pinjam sebagai rumah kami (posko KKN).

Mas J sebagai pemilik rumah adalah bagian kami yang membuat kami lebih ceria, lebih bermakna dan berbagi banyak hal dengannya.

Setiap dari kami memiliki uniknya masing-masing.

Sudah kami bahas habis saat sharing terakhir bersama, bagaimana kesan selama KKN, apa yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki dari masing-masing kami sudah tersampaikan.

Justru kedekatan, kebersamaan dan rasa saling memiliki baru sangat kami rasakan pada minggu terakhir kami bersama.

Sungguh berat dan seperti tak ingin berpisah satu sama lain, tetapi masing-masing dari kami tidak bisa menolak untuk segera kembali pulang.

Kami ber-10 ini bukan hanya sekedar teman lagi, selama hampir 45 hari kami bersama selama 24 jam. Mengetahui satu sama lain dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan mengigau dan kelakuan saat tidur.

Kami ini keluarga (bukan melebihkan), tapi kami memang seperti keluarga. Tinggal bersama, melakukan hal yang sama bersama, memiliki tujuan yang sama, saling menyayangi, saling melindungi, saling peduli, saling menolong, saling mengingatkan, saling merawat, bercanda bersama, memecahkan masalah bersama, dan banyak lagi.

Beberapa hal yang akan susah dilupakan adalah...

Bu kordes yang terjebak lingkaran cinta pak RW dan Pak wakordes. yang menjadi penggerak kami.

Pak wakordes yang suka makan dan jail sekali sama bu kordes, tetapi yang membuat kami tersambung dengan masyarakat.

Sekretaris I yang selalu membuat kami bahagia, the hard worker, walaupun terkadang usil sekali.

Bendahara I, si Sayem yang populer dengan “Gile lu ndro! Ala ma jal!”

Bendahara II, si Keles yang populer dengan banyak kata baru lucunya “Herman.. (dan banyak sekali yang lain)”

Bu El yang suka memasak buat kami, ke-alay-annya yang tak tertahankan dan ke-PGSD-an nya yang super sekali.

Mbak Fat yang memberikan banyak pelajaran buat kami, “1 jam di luar sana adalah uang”, diam untuk belajar, bergerak untuk bekerja.

Nyonya Tiu yang lucu sekali, si MC favorit kami.

Mas Mir dengan keinginan perubahannya yang besar dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Aah, semua itu dan banyak hal lain yang tak bisa ditulis disini adalah memori bahagia kami ber-10.

Ada hal yang lebih baik kami simpan untuk keluarga ber 10 kami ini.

Setelah ini, kami memang pulang kembali ke rumah masing-masing, kami memang akan melakukan hal yang sama sekali berbeda satu sama lain tetapi kami masih dalam satu lingkup yang sama, kami masih di Universitas Negeri Malang (UM) dan kami tentunya kami pernah memiliki memori yang sama, kami masih keluarga.

Semoga kami saling berterimakasih dan saling memaafkan satu sama lain.

Semoga kami tetap menjadi keluarga.

Semoga kami selalu menjadi manusia yang baik dan bermanfaat bagi yang lain.

Selamat berbuat kebaikan untuk kami.

Selamat sukses untuk kami.

Amin.

By SN.

Jumat, 20 Juni 2014

bersama 9 tubuh baru




Kami bersepuluh dipertemukan dan dipersatukan, mau tidak mau, suka tidak suka, kenal atau tidak, kami harus mencapai satu tujuan yang sama.

Selama 24 jam bersama bersepuluh untuk beberapa hari, setiap tubuh memiliki kebiasaan sendiri.

Hampir tidak bisa melakukan pencitraan lagi disini, semuanya timbul dan muncul.

Kami saling ingin tahu pada awalnya, saling menerka bagaimana latar belakangnya, saling mengharapkan satu sama lain.

Begitu sedikit demi sedikit hal-hal lain membuncah keluar, tubuh kami masing-masing saling menarik diri.

Ah, hal seperti itu sudah lumrah, maklumi saja, tinggal bagaimana kami memandang dan menyelesaikannya.

Batu yang menyandung bahkan jaring yang menghalangi justru membuat kami semakin erat.

Saya ingin sekali menyebut 9 tubuh baru yang saya temui, ingin sekali menceritakan setiap uniknya.

Cukup dengan simbol dan beberapa hal saja.

Tubuh #1 – ZA
Tubuh satu ini memang terlihat dari awal, mampu menggerakkan dan mengayomi kami 9 tubuh yang lainnya. Cara bersikap dan gaya bicaranya meluluhkan orang-orang baru yang harus kami ber 10 hadapi, demi kelancaran hal-hal yang akan kami jalani.

Tubuh #2 – DN
Tubuh kali ini berbeda dari awal, memiliki gaya bicara yang khas dan sangat membantu kami, 9 tubuh lainnya dalam memecahkan masalah, dalam menghadapi tokoh-tokoh penduduk pun tubuh ini yang sanggup menghubungkan kami dengan mereka.

Tubuh #3 – AgW
Yang satu ini yang selalu mencairkan suasana, mudah sekali memberi bantuan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar yang besar dan pemecahan masalahnya mudah diterima.

Tubuh #4 – WYL
Ah, satu ini lucu sekali, mudah sekali membuat kami bahagia, teman yang mudah untuk disayangi.

Tubuh #5 – RYS
Tubuh ini yang membuat kami menyadari hal-hal kecil, menjadi trendsetter penggunaan kata-kata baru yang selalu membuat kami bahagia, tegas dan lugas.

Tubuh #6 – EAH
Satu ini ceria sekali, tidak bisa diam barang sejenak, suka memasak, gemar membantu yang lain dan penyayang.

Tubuh #7 – AF
Mbak ini serius sekali, tidak menyia-nyiakan suatu hal, diamnya adalah belajar, berbuatnya adalah bekerja. Banyak hal yang harus kami pelajari dari mbak satu ini.

Tubuh #8 – AmW
Tubuh yang ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menanyakan setiap hal yang membuatnya penasaran.

Tubuh #9 – PER
Tubuh satu ini juga lucu sekali, banyak hal yang membuatnya ingin berbicara dan bertanya, banyak sekali temannya entah sampai kemana saja.

Beberapa hal itu saja, bahkan untuk menuliskannya lebih sulit karena beberapa hal lebih baik tidak dimunculkan dan beberapa hal harus dicari dan dipilah adanya.

Kami belum selesai, kami belum pulang, kami masih disini bersama-sama.

Mari selesaikan hal ini dengan cepat dan kembali bertemu dan berteman diluar sana.

Rabu, 23 April 2014

Mengapa saya harus belajar?


a.       Karena saya haus akan pengetahuan
b.      Karena saya sedang bersekolah
c.       Karena saya ingin mendapat nilai yang bagus
d.      Karena saya ingin lulus dan mendapat ijazah
e.      Karena saya telah merencanakan masa depan saya
f.        Karena ......
g.       Saya tidak harus belajar, karena saya punya hak untuk tidak belajar dan membaca, mengerjakan tugas dan PR yang banyak dan mendengarkan ceramah guru yang membosankan. Saya datang ke sekolah hanya agar bertemu dan melakukan hal-hal dengan teman-teman.
h.      Karena saya harus menjadi orang yang pintar agar tidak mudah ditipu orang
i.         Karena orang tua saya seorang pejabat/tokoh masyarakat/guru/polisi (terkenal)

Semua jawaban tersebut benar sesuai hak anda untuk memilih, tapi pertanyaannya,
 “Mengapa anda memilih jawaban tersebut?”
“Apakah anda sudah yakin betul dengan jawaban anda?”
“Apakah anda bersungguh-sungguh dalam menjawab pertanyaan tersebut?”
“Atau malah anda tidak tau kenapa anda harus belajar, seperti matematika /fisika /kimia /akuntansi /sejarah?”
“Apa gunanya anda belajar/ber sekolah?”

Anda akan melakukan sesuatu dengan benar apabila mengetahui tujuan dari apa yang anda lakukan. Seperti belajar,  apa tujuan anda belajar sesuatu, baik disekolah atau membaca petunjuk memasak dari internet atau belajar photoshop secara otodidak. Apa yang sebenarnya anda cari dari belajar?

Seharusnya anda menjawab, “Saya belajar sesuatu untuk kehidupan saya yang lebih baik”. Dengan jawaban itu, saya yakin anda tidak akan bermalas-malasan dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan terlaksana dengan baik apabila pengajar (guru, tentor dan sejenisnya) juga memiliki visi/tujuan yang sama, yaitu “Saya mengajarkan sesuatu untuk kehidupan saya dan murid saya yang lebih baik”

Mengapa saya tulis ‘kehidupan yang lebih baik’? 
Saya kira anda kurang termotivasi dengan kalimat ini. So, read this...

Seharusnya anda belajar bahasa Indonesia agar memiliki kosa kata dan cara bicara yang baik, agar komunikasi dengan sesama lancar. Agar saat menulis bukan sekedar merangkai kata (copy-paste) tapi menulis sebagai merangkai ide-ide dalam bentuk tulisan yang baik. Agar saat membaca koran, anda mengetahui kata-kata serapan dan arti dari suatu istilah. Agar saat mendengarkan cerita teman anda, dapat menyerap dan memberikan tanggapan dari pertanyaan (yang berhubungan dengan cerita itu).

Seharusnya anda belajar kimia agar memiliki pengetahuan tentang zat-zat kimia yang terkandung dalam kosmetik anda agar anda lebih teliti dalam memilih apa yang anda gunakan.

Seharusnya anda belajar akuntansi agar memiliki kemampuan untuk dapat mengatur keuangan anda sendiri.

Seharusnya anda belajar biologi agar memiliki pengetahuan tentang gejala alam atau penyakit. Agar anda tidak semata-mata menyalahkan pemerintah saat terjadi banjir (padahal anda membuang sampah sembarangan/ membuang sampah disungai). Agar anda dapat mencegah penyakit DBD yang diderita adik anda tidak lebih parah, dengan mengetahui gejalanya dan segera membawanya ke dokter.

Begitulah seterusnya, seharusnya anda memikirkan tujuan anda belajar, alasan mengapa anda harus belajar sesuatu, yaitu untuk kehidupan anda yang lebih baik.

BUKAN SEKEDAR NILAI BAGUS

BUKAN SEKEDAR PREDIKAT/GELAR

BUKAN SEKEDAR BELAJAR

TAPI

SAYA BELAJAR UNTUK KEHIDUPAN SAYA YANG LEBIH BAIK.

Selamat belajar!
Selamat menjadi manusia yang lebih baik!
Selamat menebar kebaikan! :)



Apa yang sedang saya usahakan



Jujur saya ini orangnya hanya bisa omong, bertindak dan pengalaman masih sedikit, masih butuh banyak bantuan dan pemikiran dari sudut pandang berbeda dari orang yang berbeda. Hal ini membuat saya harus aktif dalam setiap diskusi, berbicara banyak, menanyakan banyak hal, mengidentifikasi secara spontan, dan kebanyakan juga saya menemukan solusi secara spontan dalam diskusi saat itu juga.

Saya menyukai ke-spontan-an saya, saya mengaguminya tanpa sadar, intuisi saya selalu membawa saya menemukan, melihat dan mengetahui banyak hal. Saya  selalu antusias dengan hal baru, mengetahuinya lebih dalam dan berbagi pengalaman dengan orang lain yang lebih sering saya lakukan.

Saya cenderung praktis, tidak begitu ribet dengan teori yang ada, maka dari itu saya membutuhkan orang dengan pemahaman dan penguasaan teori beberapa ilmu, mungkin untuk saat ini dalam bidang psikologi umum, psikologi anak, psikologi pendidikan, biologi (sekolah), public relation dan teori yang mungkin terdengar sama sekali tidak berhubungan dengan topik awal, tapi bisa jadi hal itulah yang membuat saya tetap menjadi saya.

Saya mudah bosan, apalagi dalam hal yang bersifat rutinitas dan begitu-begitu saja. Setiap awal semester saat kuliah, saya berhasil memotivasi diri saya tetapi setelah 4 bulan berlalu, selalu menjadi titik jenuh kebosanan saya, membuat saya tidak termotivasi dan asal-asal an dalam mengerjakan tugas maupun ujian. Entah mengapa selalu terulang setiap semesternya.

Karena saya memiliki kelebihan dan kekurangan, saya sangat menyadari setiap orang, setiap anak, setiap siswa pun mengalami kelebihan dan kekurangan. Terkadang bisa terbentuk dari lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat) atau memang bakat (gifted) yang sudah dia miliki sejak lahir.

Saya bertekad tidak akan memberikan pendidikan yang bisa membunuh bakat, potensi dan kreatifitas. Mengapa? Jujur, karena saya kecewa dengan apa yang sudah saya alami di lingkungan saya sendiri, termasuk sekolah dan kuliah. Saya mengalami hal yang saya sebutkan pada kalimat pertama paragraf ini. Saya kecewa dan bahkan hampir putus asa karena merasa gagal dengan diri saya sendiri, mengapa selama 19 tahun ini tidak ada seorang pun (guru, teman, dosen, keluarga) yang bisa menemukan atau memunculkan ‘bakat’ saya. Sehingga saya merasa gagal, tidak memiliki bakat, tidak berguna dan bahkan tidak tahu pasti tujuan hidup saya.

Karena tidak ada orang yang mau dan mampu menemukan bakat saya, tanpa sadar saya mencarinya sendiri. Saya selalu berkata dalam hati saya, “I believe that I have something”. Selalu saya mengulang-ulang kalimat itu, tetapi tidak pernah tahu arti dari “something” yang saya percayai (believe). Untuk beberapa waktu terakhir saya menemukan apa yang saya punya, saya menemukan tujuan hidup saya dan saya menemukan cara bagaimana mencapainya (walaupun nantinya bisa lebih berkembang lagi).

Apa yang sedang saya usahakan sekarang adalah mengumpulkan banyak bahan untuk mewujudkan pendidikan yang membangun bukan yang membunuh (yang sudah saya singgung sebelumnya).
Saya tidak harus membaca sebuah teori dari buku jika saya sudah bisa membacanya dari sebuah pengalaman. Bukannya saya menganggap buku tidak penting, tetapi pengalaman menjadi lebih mudah untuk diterima dan dianalisis secara langsung.

Sekarang saya sedang dalam sebuah project pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan membangun yang nantinya sekaligus saya curahkan dalam skripsi yang akan memberikan saya tambahan nama (gelar).

Ah sebenarnya bukan gelar yang saya cari, bahkan jika saya mengikuti tes terstandar pengetahuan biologi pendidikan universitas, saya rasa saya akan masuk level menengah ke bawah. Selama 6 semester saya kuliah, setiap kali saya diberi materi biologi maupun pendidikan, saya terima dan saya tumpahkan lagi (bahasa kasarnya saya buang).

Hanya beberapa ceramah dosen visioner yang benar-benar saya terima dan saya ingat, hanya jika dosen tersebut membahas apa yang saya anggap menarik.

Selalu saya duduk di kelas dengan pemikiran mengawang kemana-mana, memikirkan banyak hal.

Sementara ini saya sedang aktif di sosial media untuk menyebarkan #GoodEducation lewat akun twitter @sofiyanurjanah atau di facebook Sofiya Nurjanah. Jika anda tertarik bergabung, silakan email ke sofiyanurjanah@gmail.com, atau juga bisa memberikan saya saran dan ide lain.

Terimakasih sudah membaca curhatan saya ini, semoga bermanfaat.

Selamat menginspirasi!  J

Rabu, 16 April 2014

Sekolah buat apa?

Sekolah buat apa?

Tujuannya apa?

Kebanyakan orang akan jawab “Sekolah biar pintar, tidak bodoh, biar sukses”

Apakah jawaban itu benar-benar bermaksud seperti itu?

Atau hanya jawaban yang anda pikir paling bagus untuk didengar?
Apakah sekarang anda berusaha memungkiri jawaban pertanyaan sebelumnya?
Apakah sekarang anda merasa kesal?

Apa yang sebenarnya anda cari dari sekolah, jika selalu merasa bosan dan stres saat sekolah?

Apa yang sebenarnya anda cari dari sekolah, jika mengerjakan ujian tidak jujur (nyontek dll)?

Apakah benar anda ingin menjadi orang pintar dengan sekolah?

Lalu jika anda sudah menjadi orang pintar, apa yang ingin anda lakukan?

Mencari pekerjaan yang bagus? Dengan gaji besar?

Apakah berarti yang anda cari adalah uang?

Oh, apakah anda pikir uang bisa membuat anda bahagia?

Ya, uang dibutuhkan dalam segala hal.

Tetapi apakah uang adalah prioritas tujuan hidup anda?

Apakah tidak ada tujuan mulia anda sebagai seorang manusia?

Apakah sekarang anda berfikir, saya orang yang menyebalkan?

Apakah anda membenci saya karena tulisan ini?

Atau anda mulai sadar dengan apa yang sesungguhnya anda cari dari sekolah?

Answer yourself! –mungkin merenung beberapa jam untuk memikirkan apa yang sesungguhnya anda cari dan tujuan apa yang ingin anda capai lebih bijaksana untuk dilakukan, daripada menghabiskan waktu untuk menghibur diri berkepanjangan.

Senin, 06 Januari 2014

Menolong tanpa 'ngarep'



Kalo antar sesama manusia...

Tidak selau niatan baik dibalas dengan niatan baik pula.

Tidak selalu pertolongan dibalas dengan pertolongan pula.

Jadi bener istilah "Menolong Tanpa Pamrih" itu, 
soalnya kalo nolong terus ngarep tapi kenyataannya enggak dibales nolong kan jadi nelongso sendiri. Kalo dari awal nolongin orang gak ngarep, masalah ga dibales udah ikhlas kalo dibales ya alhamdulillah.

Tapi beda lagi kalo urusannya sama Tuhan.

Anda tau sendirilah.

Selamat berbuat kebaikan!

Selamat menolong tanpa ngarep!